Oleh: Mursyid Al Fangery (Magetan)
Langkah Sunyi ke Pelataran Kadipiro
Malam 27 Mei 2025, saat ratusan jamaah Padhangmbulan berkumpul di Mentoro, Jombang, jiwa saya justru melanglang ke Kadipiro dalam mimpi yang terasa nyata. Di sana, Mbah Nun baru saja turun dari mobil usai checkup rumah sakit, ditemani Bu Novia Kolopaking dan Sabrang Damar Panuluh. Tubuh Mbah Nun terlihat lebih ramping, tapi langkahnya tegak bak bambu yang tak patah diterjang angin. Di teras rumah, beberapa anggota Kiai Kanjeng sedang memainkan gending-gending rindu. Tak ada kata terucap, hanya senyum Bu Novia yang seolah berbisik : "Inilah cara Tuhan mempertemukan yang rindu ketika raga terhalang jarak."
Padhangmbulan Mentoro: Tapa Brata dan Rindu yang Disampaikan Bu Novia
- Mbah Nun sedang menjalani tapa brata : istirahat panjang, menikmati kesendirian, dan memperdalam doa.
- Kerinduan Mbah Nun pada jamaah "Beliau kangen pada setiap saudara Maiyah di mana pun berada," ujar Bu Novia.
Tafsir Mimpi : 3 Filsafat Maiyah yang Terungkap
- Tubuh Ramping, Jiwa yang Tak Terkikis
Gambaran Mbah Nun yang kurus adalah simbol laku nerimo (menerima) dalam tradisi Jawa. Seperti diajarkan beliau di Bangbang Wetan :
"Ketika badan lelah, justru di situlah rohani menemukan ruangnya untuk tumbuh."
Fisik yang ringkih dalam mimpi ini mengingatkan : ketangguhan sejati ada di ketegaran batin.
2. Musik Kiai Kanjeng di Teras : Metafora Sedekah Ilmu
"Tapa brata bukan mengurung diri, tapi membuka pintu langit agar hikmah tetap mengalir."
3. Checkup Rumah Sakit & Tapa Brata: Dua Sisi Kehidupan
"Dunia dan akhirat itu satu nafas. Mengurus tubuh sama mulianya dengan merawat jiwa." (Ceramah di Gambang Syafaat, 2023).
Magetan-Kadipiro: Jarak yang Dihubungkan Mimpi
- Alasan Mimpi : Batin Anda merespons energi kolektif ulang tahun Mbah Nun dan doa jamaah Padhangmbulan.
- Makna Personal : Seperti kisah Ustadz Fajar (Jamaah Kenduri Cinta asal Lombok) yang "disambangi" Mbah Nun dalam mimpi saat ia gagal berangkat ke Jogja, ini adalah undangan untuk tetap merawat Maiyah dalam lokalitas.
Doa untuk Sang Guru: Dari Magetan hingga Mentoro
Di penghujung mimpi, kudengar gemuruh doa dari Padhangmbulan Mentoro yang menyatu dengan bisik hati :
Teguhkan tapabratanya sebagai jalan mendekat pada-Mu.Bahagiakan beliau dengan kerinduan jamaah yang tersebar di bumi.Di usia ke-72 ini, panjangkan umurnya untuk terus menjadi oase di gurun zaman..."
"Kadipiro mungkin belum kami sowani,Tapi Maiyah telah kami tanam dalam diri."
Mimpi sebagai Pintu Ma'rifat
"Jangan menunggu sowan ke Kadipiro untuk bertemu saya. Temui saya dalam setiap ayat kehidupan yang kau baca, dalam setiap kesulitan yang kau tafsirkan dengan sabar."
"Maiyah bukan tentang lokasi, tapi tentang ketulusan merawat kearifan di mana pun kaki berpijak."